Sidikalang, Dairi
Kebetulan minggu lalu “berkunjung” ke Sumatera Utara, tepatnya ke Kota Sidikalang, Kabupaten Dairi. Untuk menempuh Kota Sidikalang dibutuhkan waktu + 5 jam dari Kota Medan, what a great trip to take. Sebelum berangkat kita pusing-pusing kota Medan, terlebih dahulu. Suasana Kota Medan, kurang lebih mirip Jakarta, hanya kendaraannya tidak sepadat Jakarta, tapi panasnya melebihi Jakarta. Entah memang lagi panas, atau suhunya seperti itu. Selagi pusing-pusing kota Medan, saya banyak menemui suara kicau burung di bangunan2 tinggi, ternyata bangunan itu adalah sarang Burung Walet, dan kicaunya guna mengundang Walet agar singgah ke bangunan tersebut.
Komplek Sarang Burung Walet. Jl. Mesjid Medan, Kota Medan
Pemandangan Kota Brastagi
Jalur Brastagi-Kaban Jahe
Danau Toba Silalahi
Di Warung Kopi Yang Jualan Telor Bebek PutihSetelah kurang lebih setengah jam, kami melihat beberapa rumah yang menandakan sudah “ada kehidupan” . Keadaan sekitar seperti pemukiman pedesaan pada umumnya, jalur terdiri hanya dua arah, di sekitar kanan kiri terdiri dari pemukiman warga. Hampir tiap rumah disini memiliki parabola, karna maklum pemukiman warga berada di balik bukit jadi untuk mendapatkan siaran lokal saja warga membutuhkan parabola untuk dapat menonton siaran TV. Guyon teman saya, “disini, kalau rumahnya tidak ada parabola, TV hanya jadi pajangan saja bang”. Selama perjalanan di kawasan ini kita melewati 1 pom bensin, dan itu juga sudah tutup tapi kami melihat banyak warga menjual bensin eceran. Bahkan satu rumah di depan pom bensin yang sudah tutup menjual bensin eceran. Kata teman saya harga bensin eceran Rp. 5000, meski di balik bukit harganya normal ya.
Tidak lama kemudian kita sampai di kota Sidikalang, dan sebelumnya mampir ke kantor perwakilan. Kota Sidikalang terdiri pusat perdagangan wilayah sekitar, kotanya sendiri tidak begitu besar. Seperti kota pada umumnya, kota ini juga memiliki alun-alun (sayang tidak sempat mengabadikan), dan sisanya kantor perkantoran pemerintahan dan ruko-ruko, Bank, rental komputer, hotel, kedai makan, terminal, dll. Hasil pusing-pusing dikota ini, kita hanya melihat 2 hotel.
Yang
satu agak besar dan yang satunya biasa saja. Karna alasan jarak, kita
memilih yang tidak begitu jauh dengan kantor perwakilan. Hawa kota ini
sangat sejuk, kalau Anda pernah ke Ciwidey, Bandung, nah kurang lebih
suhu dinginnya hampir sama seperti disana. Luar biasa dinginnya. Selama 4
hari disini, 2 kali saya mengalami pemadaman lampu bergilir, setiap
pemadaman kurang lebih 3 jam’an. Untungnya meski secara geografis tempat
ini berada di pedalaman, tempat ini masih terjangkau internet. Secara
telpon bisa masuk, jadi tempat saya ini menggunakan linenya telkom, ya
speedy gitu deh. Meski begitu speedynya lumayan kenceng, saya sempat
remote2an via hamachi dengan kantor pusat. Secara blm make VPN2an gitu
loh , jadi hamachi2an aza. Di hari terakhir, kita siap2 pulang dari pagi hari karna ada urusan ke Pematang Siantar. Jarak tempuh ke Pematang Siantar sekitar 3 jam’an, dan sekitar jam 11 kita sudah sampai di kota Siantar. Tidak seperti Dairi, Siantar
sudah termasuk kota besar. Terlihat banyak Bank-Bank pemerintah dan
swasta disini, juga sudah banyak warnet terlihat. Setelah menyempatkan
sholat Djuhur disalah satu Masjid yang indah namun sayang tidak tahu
namanya, kita cari tempat makan dan kemudian menuju Kota Medan dan
sampai Polonia jam 6′an dan langsung siap2 ke Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar